Napak Tilas Keraton Macan Putih
Perjalanan pada hari ke-3 dengan tujuan awal wisata sejarah Petilasan Prabu Tawang Alun ini ternyata sanggup memacu adrenalin dalam tubuh ini sehingga kami pun melanjutkan perjalanan menuju keratonMacan Putih yang terletak di kecamatan Kabat. Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari desaBayu, akhirnya kami tiba di lokasi keraton. Ternyata apa yang terbersit dalam fikiran kami tentang Keraton Macan Putih yang ada di desa Macan Putih tersebut berbeda dengan kenyataan yang ada di lapangan. Bukan bangunan klasik berupa reruntuhan kerajaan seperti yang kami bayangkan melainkan lebih mirip sebuah pendopo tempat berkumpulnya para petinggi kerajaan dengan mahkota di tengahnya dengan lantai keramik yang bersih dan mengkilap, namun kami hanya bisa melihat suasana keraton Macan Putih dari luar karena pintu utamanya terkunci. Setelah bertanya pada penduduk sekitar, ternyata juru kunci yang memegang kunci keraton Macan Putih bernama Bapak Nurhuddin yang rumahnya sekitar 100 meter dari lokasi dan kami pun segera bergegas menuju rumah beliau.
Ada yang unik dari rumah Bapak Nurhuddin, yaitu kaca depannya yang bergambar 2 (dua) ekor Macan Putih dan setelah kami bertanya pada beliau ternyata pekerjaan menjadi juru kunci keraton Macan Putih telah dilakukan secara turun temurun dari keluarga besar beliau dan kaca yang bergambar 2 (dua) ekor Macan Putih itulah yang dijadikan sebagai simbol keluarga besar yang mengabdikan diri untuk merawat kekayaan bumi Blambangan berupa keraton Macan Putih yang diyakini sebagai Petilasan terakhir Prabu Tawang Alun hingga menuju tahap “Muksa”. Menurut cerita beliau, Prabu Tawang Alun telah mencapai tahap “Manunggaling Kawulo lan Gusti” atau disebut “Muksa” yang berarti meleburnya suasana bathin dengan Tuhan ibarat leburnya gula dan air, menyatunya api dan besi, yang di antara keduanya bisa dibedakan, tetapi tidak bisa lagi dipisahkan. Ketika besi telah menjadi merah karena dibakar api, besi dan api telah menyatu. Siapa menyentuh api, akan terkena besi dan siapa yang memegang besi akan tersentuh api dan tahapan itu dicapai di keraton Macan Putih yang ditandai dengan situs Batu Mahkota Prabu Tawang Alun di tengah bangunan utama keraton Macan Putih. Puas mendengar cerita sejarah Prabu Tawang Alun, tiba saatnya kami mengutarakan maksud terakhir kami datang ke rumah Bapak Nurhuddin yakni untuk meminta izin mendokumentasikan keraton Macan Putih dan bersyukur ternyata beliau mengizinkan kami masuk ke dalam keraton. Setelah beberapa gambar sudah berhasil kami dapat lengkap dengan Batu Mahkota Prabu Tawang Alun dan kami pun pamit untuk melanjutkan perjalanan kami. Goooo……….
Wisata Alam pantai Watu Dodol adalah tujuan kami selanjutnya dimana lokasinya berada di perbatasan Banyuwangi dan Situbondo. Kami sendiri tak tahu kenapa pantai ini dinamakan Watu Dodol, sambil bergurau sepanjang perjalanan menuju pantai kami mendeskripsikan sendiri dengan mengartikan nama Watu Dodol yang terdiri dari 2 (dua) kata itu. Watu dalam bahasa Indonesia berarti Batu dan Dodol dalam bahasa Indonesia berarti “Menjual” atau “Dodol (makanan)” sehingga kalau digabung artinya menjadi “Berjualan Batu” atau “Batu yang mirip Dodol”. Pembenaran 2 (dua) arti dari Watu Dodol itu pun kami lanjutkan saat kami tiba di lokasi parkir Patung Gandrung. Bagaimana deskripsi itu tidak benar (menurut kami), saat tiba di lokasi saja kita akan disambut oleh sebuah batu besar di tengah jalan yang mirip dengan “Dodol” dan yang kedua saat kita turun menuju pantai bukan sebuah batu karang yang kita temui melainkan batu hitam yang terbentang hampir sepanjang pantai dengan mata air yang keluar dari tiap bebatuan tersebut dan karena banyaknya batu tersebut tak salah jika kami menyebut pantai Watu Dodol ini ibarat pantai yang “Berjualan Batu”, Hmmm.. (bukan referensi lho..). Jika menghitung jarak perjalanan dari Genteng menuju wisata alam pantai Watu Dodol ini ternyata lumayan cukup jauh yakni sekitar 65 km, namun demikian segala perjuangan itu akan terobati saat kita tiba di lokasi. Pantai yang luas berhadapan dengan pulau Bali dengan hamparan bebatuan yang indah nan mengkilap serta mengeluarkan sumber mata air bersih yang langsung dapat diminum menjadi sebuah pemandangan yang eksotis. Goa jepang yang dulunya digunakan untuk menjaga keamanan laut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pantai ini sebagai pantai bersejarah.
0 komentar "Sejarah Macan Putih", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar